Keunikan Jalur Serpong, Parungpanjang, Dan Maja Dibandingkan Jalur Lain

Ilustrasi. Gambar istimewa: Imanuel Sihite
Stasiun Tenjo - Pernahkah ketika naik kereta di Green Line anda berfikir bahwa jumlah perjalanan kereta di jalur tersebut lebih jarang bila dibandingkan jalur lainya seperti Bogor atau Tangerang? Sebagai contoh jika anda naik KRL tujuan Parungpanjang dari Tanahabang pada peak hour, anda hanya akan menjumpai tidak lebih dari 10 kereta yang berjalan untuk arah sebaliknya. Sementara jika anda naik KRL tujuan Bogor atau Bekasi, anda akan berpapasan dengan lebih dari 10 kereta untuk rentang jarak 30 kilometer saja. Kenapa demikian?

Semuanya itu masih berhubungan dengan sistem persinyalan di jalur Green Line yang masih memakai sistem petak jalan. Sistem ini membuat setiap kereta harus menunggu kereta di depanya masuk petak atau stasiun berikutnya. Sebagai contoh, di stasiun Serpong ada dua kereta arah Jakarta. Kereta pertama adalah KA Kalimaya, dan yang kedua Patas Merak. Jika misalnya Kalimaya berangkat terlebih dahulu menuju Jakarta, maka kereta Patas Merak harus menunggu Kalimaya masuk stasiun berikutnya yaitu Cisauk sebelum diberangkatkan. Hal yang sama berlaku untuk sepanjang jalur Tanahabang-Maja. Jadi jangan heran jika ada dua pemberangkatan KRL dari Tanahabang menuju arah Maja, selisih waktu berangkat keduanya cukup longgar. Berbeda jauh dengan lintas lainya seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang yang sudah memakai sistem blok. Sistem blok memungkinkan dalam satu petak jalan diisi dua atau lebih kereta. Jadi dalam petak antara dua stasiun bisa ada banyak kereta yang menuju arah sama.


Mungkin ada juga yang bertanya mengenai contoh diatas, mengapa Patas Merak harus menunggu Kalimaya sampai Cisauk? Bukankah ada stasiun Rawabuntu?
Jawaban untuk pertanyaan tersebut sangatlah mudah, dan mungkin akan sedikit membuat tercengang. Stasiun Rawabuntu tidak dilayani persinyalan, dan statusnya masih halte walau memakai embel-embel "stasiun". Sehingga petak jalan yang dihitung adalah Serpong-Sudimara. Demikian juga dengan stasiun Jurangmangu. Stasiun termuda di lintas kulon ini hanyalah halte biasa. Setiap kereta dari arah Sudimara harus menunggu kereta didepanya masuk stasiun Pondokranji, dan bukan masuk stasiun Jurangmangu. Unik bukan?

Lalu bagaimana dengan stasiun Tigaraksa, Daru, dan Cikoya?
Untuk ketiga stasiun tersebut sebenarnya sudah dihitung stasiun karena memiliki persinyalan. Tetapi karena belum rampung dan diaktifkan, ketiganya tetap berstatus halte. Jadi anda sudah mengerti kan kenapa KRL dari Tenjo harus menunggu KA Babarandek masuk stasiun Maja baru berangkat? Atau mengapa proses disusul terasa begitu lama padahal keretanya sudah lewat?
Yap! Semua karena sistem persinyalan petak jalan nan kolot yang masih dipakai di lintas Green Line tercinta ini. Jadi jika ada yang mengeluhkan lamanya berkereta-api di lintas kulon, cobalah bersabar dan menjelaskan ini semua. Baiklah sekian informasi dari admin yang sudah lama tidak nge-blog. Jika anda sudah paham artikel ini, silahkan memberitahukan yang lain dengan cara membagikanya atau share di FB, Twitter, atau jejaring sosial lanya. Terimakasih. (tej/imnsht)

Artikel Lainya:

No comments:

Post a Comment

Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih