Apel Busuk, Part 20


"Pris, bangun pris"

Priscila tersentak. Naya memandanginya dengan heran.

"Kenapa?"

"Lu yang kenapa?" Naya balik bertanya.

"Sshh.." Priscila menarik nafas dalam-dalam. Untunglah, ternyata cuma mimpi.

"Emang lu mimpi apa sih?"

Priscila tidak menyahut. Mimpi tadi terlalu buruk untuk diceritakan. Ia melihat Nathan babak belur dihajar ayahnya karena mereka berdua berpelukan. Mirip kisah Siti Nurbayah saja.

"Lu kok bisa-bisanya ya ketiduran di kelas pak Een" ucap Naya menggeleng heran ketika mereka sudah berada di kantin.

"Hehehe.." Priscila hanya tersenyum malu.

"Eh, gue punya berita heboh nihh.."

"Apaan?" tanya Priscila penasaran.

"Lu lihat cowok disana gak?" ucap Naya dengan senyum misteriusnya. Tangan kananya menunjuk kearah seorang cowok yang sedang duduk di bangku taman.

"Kagak ah" sahut Priscila sambil sesekali menyeruput susu cokelat hangat dihadapanya.

"Dia Edward!"

Heikk. Priscila tersedak mendengarnya.

"Edward?"

"Iya" sahut Naya seraya menganggukkan kepalanya.

Priscila terdiam beberapa saat. Mencoba memulihkan kesadaranya. Apa kali ini ia bermimpi lagi.

"Kok? Gi-gimana bisa?"

Naya mengangkat bahunya.

"Tapi tragedi kereta mewah itu kan.."

"Ssstt" desis Naya seraya menaruh telunjuk di bibir Priscila.

"Lu tau kan kalo jumlah korban gak dipublikasiin?"

"Lagian lu juga kan yakin kalo Edward belum meninggal?"

Priscila mengangguk lemah.

"Jadi ini bukan mimpi?" tanya gadis itu pelan.

"Ya, bukanlah"

--Nathan's POV--

Nathan menghabiskan kopinya yang tinggal seperempat dengan sekali tegukan. Matanya memandangi layar ponsel dengan seksama.

"Lu ngapain sih?" tanya pak Ujang heran.

"Kagak pak"

"Nungguin sms pacar ya?" tebak Hartono nyengir.

"Hehehe" Nathan hanyan mesem mendengarnya.

Drrt, drrt..

Ah, ini dia, seru Nathan dalam hati.

From: Priscila
To: Nathan

Aku udah di stasiun Wijen nih


"Yess!" seru Nathan sambil ngeloyor pergi dari warung kopi. Meninggalkan teman-temanya yang saling berpandangan keheranan.


"Hei Nathan"

Nathan menoleh. "Priscila!"

Priscila merangkul erat tubuh Nathan. Air mata mengucur deras membasahi kedua pipinya.

"Kamu kok nangis? Kenapa?" tanya Nathan khawatir.

"Nggak kok. Aku senang aja" jawab Priscila sesenggukan.

"Aku juga" ucap Nathan seraya mencium kening Priscilla dengan lembut.

Kedua pasangan itu saling berpelukan erat satu sama lain. Nathan tidak dapat menahan rasa rindunya yang teramat dalam. Sejenak ia melupakan beban beratnya di dunia perkeretapian seelama ini. Cinta memang merubah segalanya.

"Nath.." kata Priscila sambil melepaskan pelukanya kepada Nathan. Mendadak ia teringat mimpi buruknya di kelas tadi.

"Apa?"

"Kamu jangan marah ya soal Niall itu.." ucap Priscila terbata.

"Aku gak ngapa-ngapain kok sama dia" sambung gadis itu dengan wajah memelas.

"Ya, gak apa-apa dehh.."

"Aku percaya sama kamu" ucap Nathan sambil menepuk pipi Priscila pelan.

Priscila menyeka air matanya. Nampak jelas raut kebahagiaan disana.

"Jadi apa kabar Pris?"

"Baik. Kamu apa kabar?"

"Baik juga.."

"Ehmm.. by the way.." Nathan membetulkan kerah bajunya.

"Selamat ya" ucap pemuda itu seraya menjulurkan tanganya.

"Iya" Priscila mengangguk dan tersenyum. Lalu menjabat hangat tangan kasar Nathan.

"Kamu kenapa gak jemput ke bandara Nath?" tanya Priscila kemudian.

"Hehehe" Nathan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Tidak mungkin ia jujur mengatakan kalau kereta yang ditumpanginya mogok dan tidak punya uang naik bis langsung ke bandara. Bisa-bisa jatuh harga dirinya..

 "Maaf deh.. Aku gak datang"

 "Aku bingung tau" ucap Priscila sambil mencubit gemas lengan Nathan.

"Awww.." Nathan meringis kesakitan.

"Awas ya begitu lagi"

"I-iya dehh"

"Eh, Nath. Ini ada oleh-oleh buat kamu" ucap Priscila kemudian. Di tanganya memegang sebuah kotak kecil.

"Apa tuh?" tanya Nathan sambil membuka kotak pemberian Priscila.

Srekk..

"Hah!" seru Nathan kaget.

"Lo-lokomotif uap" ujar Nathan terbata.

"Kenapa? Gak suka ya?" tanya Priscila pelan.

"Aku suka banget malah!" sahut Nathan dengan tatapan tidak percaya.

"Ini ada lagi"

"Apa?"

Cklek.. Priscila memberikan sesuatu berukuran sangat kecil ke tangan Nathan.

"Memory card?" sebut Nathan heran.

"Iya. Isinya foto-foto dan video di Inggris"

"Hahaha" Nathan tertawa mendengarnya.

"Kok ketawa?"

"Emang aku kelihatan se-maniak itu ya sama kereta?" goda Nathan dengan ekspresi konyol.

"Hmm.. Iya kali" jawab Priscila asal.

"Huu! Dasar.." seru Nathan sambil memukul pelan lengan pacarnya itu. Priscila membalas pukulan Nathan. Lalu keduanya tertawa bersama. Tidak peduli orang-orang di sekitarnya memandang keheranan. Termasuk Hartono, Dody, dan pak Ujang yang ternyata mengintip dari balik balok sepur badug.

*bersambung*

Artikel Lainya:

No comments:

Post a Comment

Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih