Usai melepas rombongan peserta yang pulang ke tanah air. Pihak KBRI mengajak tim merah putih berjalan-jalan mengelilingi kota London. Mereka mengunjungi tempat-tempat wisata seperti istana Buckhingham, lalu Parliament Square atau Palace of Westminster. Tempat dimana terdapat menara jam besar, atau yang lebih dikenal dengan nama Big Ben. Konon katanya jam itu punya kembaran. Dan ternyata kembaranya berada di Indonesia. Yaitu jam gadang di Sumatera Barat.
Dan terakhir mereka mengunjungi Museum Science. Museum besar ini mengeksplorasi dunia sains yang menakjubkan. Mereka bisa berwisata sekaligus menambah pengetahuan. Berbagai perkembangan sains dan teknologi bisa dijumpai di sini. Mulai dari roket, satelit, probe ruang angkasa, dan pesawat pendarat yang ditampilkan bersama satelit pertama di dunia, Sputnik, hingga Launchpad, galeri khusus untuk anak-anak yang membuat prinsip sains menjadi menyenangkan dan mudah dimengerti.
Namun sayang, karena keterbatasan waktu. Tim merah putih tidak bisa berlama-lama disana. Mereka harus segera kembali ke wisma untuk belajar sebagai persiapan babak semifinal besok.
Tapi berkat interupsi beberapa peserta. Akhirnya mereka diberikan waktu wisata tambahan. Tim merah putih pun kembali menuju ke Palace of Westminster, tapi kali ini bukan melihat Big Ben. Melainkan berwisata ke London Eye. Sebuah kincir raksasa terbesar kedua yang pernah dibangun. Yang terletak tepat di seberang Houses of Parliament, South Bank. Walau antrean untuk menaiki wahana ini sangat panjang, tim merah putih tidak menyesalinya. Mata mereka dimanjakan dengan panorama malam hari kota London, dengan Sungai Thames-nya yang indah.
Usai menaiki kincir putar, mereka lalu berjalan-jalan mengelilingi taman. Tapi Priscila tidak ikut. Ia memilih duduk beristirahat di kursi taman karena kelelahan. Kedua lututnya terasa sakit sekali karena terjatuh saat berdesakan di antrian tadi.
Cekrek..
Priscila memotret suasana malam yang tampak begitu mempesona dengan kamera digitalnya.
"Isn't it beautiful?" ucap seseorang tiba-tiba sambil menutup mata Priscila.
"WOAA.. Who are you?" jerit Priscila panik. Lalu mengibaskan tangan yang menutup matanya dengan sekuat tenaga.
"Argh.." erang si empunya tangan kesakitan.
"NIALLL!!!" seru Priscila melihat sosok yang menutup matanya barusan.
"Argh. It's kill me" ringis Niall kesakitan.
"Sorry. Are you fine?"
"Uh, ok. No matter"
"What are you doing here Niall?" tanya Priscila.
"Looking for someone who lie to me.." sahut pemuda itu seraya duduk di sebelah Priscila.
"Who?"
Niall memicingkan matanya ke arah Priscila.
"Me? What my fault?" tanya Priscila sambil menaikkan sebelah alis matanya kebingungan. Wajah pemuda itu tampak begitu tampan bermandikan sorot lampu taman.
"You said that you'll call or text me.." desis Niall.
"But my phone wasn't received anything from you" sambungnya dengan nada kesal.
"Oh, I'm forget, forgive me. I'm sorry" ucap Priscila dengan wajah memelas.
Niall tidak menjawab. Pemuda Irlandia itu menatap Priscila dalam-dalam. Mata cokelat milik gadis itu tampak begitu indah. Keduanya saling beradu pandangan selama beberapa saat. Niall bisa melihat, ada raut penyesalan disana.
"Mmm well.. You forgiven" kata Niall sambil mengacak-acak rambut Priscila.
“Niall!” teriak Priscila.
Niall tertawa. Priscila jadi ikut tertawa.
--Nathan's POV--
"Trus, trus.."
"Turun, turun. Yak!"
DUK,
Hokoriku bernomor seri 30 itupun dilepas dari tali crane. Menghantam lantai gerbong GD dengan kerasnya. Tali sling kemudian dipasang mengikat badan lok ringan yang sudah tidak berbentuk tersebut dengan kaitan di pinggir GD.
"Ok jalan"
Tek,
Nathan memutar tuas throttle perlahan. Mesin tua lokomotif BB304-25 pun bergerumuh hebat. Mengeluarkan segenap tenaganya untuk menarik sebiji gerbong GD yang sudah dimuati bangkai lok Hokoriku.
"Cukup!" seru PPKA Merah dari HT.
"Copy" sahut Nathan seraya menarik tuas rem. Menghentikan lok tepat sebelum papan semboyan 8e.
Ia lalu melangsir mundur gerbong GD tersebut kembali ke emplasemen stasiun. Rencananya besok siang, bangkai lok itu akan dikirim ke BY Penyok. Sementara untuk sekarang, GD bermuatan bangkai lok tersebut akan diparkir dulu di sepur simpan.
"Pemirsa, evakuasi lokomotif lori yang menghantam KA lokal tujuan Sidopoto telah selesai. Demikian saya melaporkan dari TKP. Selamat malam" cuap seorang reporter yang tengah meliput didepan sorotan kamera.
"Woah masup tipi" seru Budi girang.
--Niall's POV--
Niall sangat senang bisa bertemu dengan gadis itu lagi. Hatinya terasa sangat berbunga-bunga. Namun sayang pertemuan mereka segera berakhir karena Priscila harus pulang ke wisma.
"She is so lovely" gumam Niall.
Niall merogoh sakunya, mengambil ponsel Priscila yang tadi ketinggalan karena buru-buru pulang. Gadis itu begitu ceroboh, batin Niall. Tapi mungkin ada untungnya juga buat dia.
Niall menjadi penasaran apa isi ponsel Priscila. Ia pun membuka galeri. Ada beberapa folder. Niall tertarik pada folder yang bernama "1D" dan "Me and Nathan".
Niall lalu membuka folder "1D". Ternyata isinya kumpulan foto-foto dan video bandnya. Niall tertawa sendiri mengingat Priscila ternyata dia seorang "Direksioner". Bahkan terdapat foto-foto dia yang sedang shirtless. Niall tertawa, Priscila ternyata suka dengan foto-foto shirtless para personel One Direksi. Di folder ini lebih banyak foto Niall yang sedang sendiri. Niall jadi berpikir apakah gadis itu mempunyai "crush" pada dirinya.
Niall kemudian beralih membuka folder "Me and Nathan". Niall penasaran, siapa Nathan yang dimaksud di folder itu. Karena nama mereka sama-sama Nathan juga. Nama dia Nathaniall Conan, sedangkan nama laki-laki itu entah siapa.
Namun ternyata yang ada di folder itu bukan dia, tapi laki-laki lain. Seorang laki-laki kurus dengan tinggi sekitar 175 cm.
Niall awalnya mengira dia adalah saudara laki-laki Priscila. Namun sepertinya dugaanya salah. Isi folder tersebut kebanyakan foto laki-laki itu sedang berduaan dengan Priscila. Gadis itu tampak begitu bahagia bersama laki-laki bernama Nathan itu. Ditambah lagi ada 2 foto yang membuat hati Niall mencelos. Di foto yang pertama Priscila sedang mencium pipi Nathan dan di foto yang kedua gantian lelaki itu yang mencium pipi Priscila.
Semakin lama, Niall semakin tersakiti setiap melihat foto laki-laki tersebut. Mengapa Priscila terlihat begitu bahagia bersama laki-laki kurus yang seperti kekurangan gizi itu, batin Niall tidak habis pikir.
Niall lalu kembali ke galeri, melihat-lihat foto-foto Priscila. Entahlah badan Priscila yang mungil membuatnya seperti anak kecil. Niall tahu dia dan Priscila seumuran, tetapi diumurnya yang sekarang ini Priscila masih nampak seperti anak kecil. Niall mengirimkan foto-foto Priscila ke ponselnya lewat bluetooth. Jadi, jika kapan saja Niall rindu pada Priscila. Dia bisa melihat foto-foto Priscila.
Niall juga melihat foto-foto Priscila dengan Erin, kakaknya. Priscila dan Erin mereka berbeda sekali. Erin tampak lebih dewasa. Mungkin memang karena Erin yang sudah beranjak dewasa. Sementara, Priscila masih remaja menuju dewasa.
Omong-omong soal ponsel Priscila. Niall tidak tahu kapan akan mengembalikan ponsel ini padanya. Karena setelah liburan the Men's dan manajemen akan berangkat ke Amerika untuk konser. Mungkin nanti dia akan mengirimkanya ke KBRI.
Setelah puas melihat-lihat isi ponsel Priscila. Niall kembali ke home screen. Tampak wallpaper di ponsel gadis tersebut adalah foto Priscila dan Nathan sedang bergandengan didepan plang nama bertuliskan Wijen.
Niall tidak mengerti mengapa dia merasa cemburu melihat Nathan. Tapi ia merasa sepertinya Nathan adalah pacar Priscila. Perlahan hati kecilnya mulai mencerna keyakinan bahwa Priscila sudah punya pacar. Sebuah fakta yang benar-benar membuat hati Niall rapuh.
Kring, kring..
Tiba-tiba ponsel Priscila berdering. Niall bisa melihat telepon tersebut dari Nathan.
Pasti laki-laki bernama Nathan ini yang berfoto bersama Priscila di galeri foto. Tapi kalau memang benar iya. Niall harus menjawab apa tentang ponsel Priscila yang berada di Niall. Apalagi sekarang sudah hampir tengah malam. Apa yang mungkin dipikirkan Nathan nantinya. Niall memutuskan tidak mengangkat telepon tersebut. Ia membiarkanya hingga berhenti berdering.
Kring, kring..
Tapi ponsel itu kembali berdering. Niall pun akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat telpon tersebut.
“Pris, sorry kamu udah tidur ya” kata lelaki itu begitu Niall menjawab panggilan.
Niall hanya diam tak mengerti apa yang Nathan katakan.
“Sorry” kata Niall.
Hening. Nathan tidak menjawab.
“Wtf?” desis Nathan dengan nada tak yakin.
"I am Niall" kata Niall memperkenalkan.
"Niall? Mana Priscila? Lu siape?" tanya Nathan bertubi-tubi.
Niall terpelongo. Dia tidak mengerti apa yang lelaki itu bicarakan, tapi dari nada bicaranya, sepertinya dia sangat marah.
“Wait, I can explain” kata Niall.
Tut.
Tiba-tiba sambungan terputus. Nathan, pasti dia salah sangka. Niall merutuki dirinya.
Bagaimana ini, Niall takut Nathan berpikir macam-macan mengenai dirinya dan Priscila. Bukan apa-apa. Seorang pacar pasti akan curiga ketika menelpon pacarnya tengah malam dan yg mengangkat bukan dirinya melainkan seorang laki-laki lain.
--Nathan's POV--
Nathan melihat jam di dinding menunjukan pukul 06.00. Jika untuk waktu Inggris pasti pukul 11 malam. Nathan tau perbedaan zona waktu antara London dan Indonesia. Tetapi entah mengapa usai dinas langsiran bangkai lok, mendadak dirinya ingin sekali menelepon gadis itu. Dia menelepon hanya ingin mendengar suara Priscila saja. Namun ternyata yang mengangkat adalah laki-laki lain bernama Niall.
Meskipun Nathan tau Priscila anak baik-baik dan tidak akan mungkin macam-macam. Tetapi pergalauan disana dan di Indonesia itu berbeda. Sangatlah berbeda. Saat laki-laki tadi menjawab teleponya. Dirinya sudah tak bisa berkata-kata lagi. Dadanya terasa sesak. Itulah mengapa ia langsung memutuskan sambungan telepon tanpa mendengar penjelasan dari Niall.
Nathan bingung sekali harus berbuat apa. Nathan merasa sangat marah tetapi dia tidak tahu harus bagaimana.
*bersambung*
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih