Ular besi raksasa itu kemudian berbelok menuju jalur utama. Terdengar dentuman suara flens roda yg patah akibat membelok dengan kecepatan penuh.
Tak lama kemudian,
BRRUKKKK!!!
KA tersebut anjlok dengan dashyatnya di wesel 21a yang tidak terkancing dengan jalur utama.
Lokomotif penarik terguling ke sisi kiri rel dan menghantam rumah penduduk yang sedang terlelap hingga hancur tak berbentuk . Sementara deretan gerbong KKBW terlepas tidak beraturan. Ada yang terguling ke arah gudang logistik, terseret ratusan meter, menghantam pepohonan, bahkan ada juga yang tercebur ke kali.
"Gileee.." seru Nathan takjub melihat kerusakan yang terjadi .
Sementara disebelahnya, pak Ujang langsung pingsan melihat itu semua
--Priscila's POV--
Priscila terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara dentuman keras di kejauhan. Ia mengucek-ngucek matanya dan melihat jam.
"Baru jam 00.30" gumamnya
Walaupun didera rasa ngantuk yang sangat, ia akhirnya memutuskan keluar rumah untuk mencari tau asal suara itu. Ternyata diluar keadaan kacau balau, warga berhamburan keluar menuju sumber suara. Sementara jerit tangis memilukan dan sirine ambulans sayup-sayup terdengar diantara rintik hujan yg sudah mulai mereda
--Nathan's POV--
Nathan segera menggendong pak Ujang yang pingsan ke emplasemen stasiun. Lalu berlari ke gudang untuk menghidupkan genset. Beruntung genset tua yang merupakan hibah dari pemerintah Ethiopia itu langsung menyala.
Kemudian ia segera kembali ke ruangan kepala stasiun dan langsung memencet tombol emergency di radio WS.
"PLH di Wijen, PLH di Wijen" umumnya berulang-ulang
--Pak Ujang's POV--
Pak Ujang terbangun dari alam bawah sadarnya. Dia tidak tahu berada dimana. Tapi yg jelas disekelilingnya sudah berkerumun banyak orang. Tiba-tiba salah seseorang dari kerumunan itu menghampirinya. Ia memperkenalkan diri sebagai tim dari KNKT yang diutus mengusut kasus PLH Wijen. Pak Ujang lalu dibawa ke dalam sebuah ruangan sempit bercat putih. Ada cermin dua arah panjang di salah satu temboknya
"Jadi gangguan apa sebenarnya di wesel 21a?" tanya pria itu setelah mempersilahkan pak Ujang duduk .
"Diagnosa awal, ada yang mengganjal lidah wesel pak" jawab pak Ujang.
"Penyebab sesungguhnya?" selidik pria itu.
"Saya belum tau pak. Karena pada saat itu rencana saya adalah memasang S7 dulu baru memeriksa wesel" ungkap pak Ujang.
"Sudah lapor PK/OC, ketika mengetahui gangguan wesel?"
"Sudah pak"
"Keputusan yang diambil?"
"BLBkan KA 2022. Tapi saat itu radio lok KA 2022 mati, sehingga masinis tidak tau bahwa KAnya harus BLB di Wijen" terang pak Ujang.
"Kenapa tidak masuk sepur lurus? Itu kan langsungan?" tanya pria itu sambil melihat catatan yang dibawanya.
"Karena PTP pak" tukas pak Ujang.
"PTP?" ulang pria itu dengan nada bertanya.
"PTP itu pemindahan tempat persilangan pak. Seharusnya KA 2022 bersilang dengan draisin di Bugil. Tapi draisin itu ternyata mogok ketika berjalan langsung di jalur satu Wijen" jelas pak Ujang..
"Oh ya ya, memang ada laporan bahwa di jalur satu ada lori mogok" ujar pria itu sambil manggut-manggut.
"Tapi apa tidak berbahaya KA berjalan langsung lewat sepur belok?" tanya pria itu kemudian
"Selama tidak melanggar taspat aman pak"
Pria itu kembali membuka catatanya.
"Disini tertulis, laporan GPS PK dan locotrack menunjukan kecepatan 75 km/jam. Padahal taspat 30 km/jam.
--Nathan's POV--
Nathan langsung diculik polisi sejam setelah kejadian. Dia sudah ditahan selama dua hari. Dan selama itu pula dia diintegorasi terus-terusan oleh polisi dan KNKT. Ia tidak tahu bagaimana nasib pak Ujang. Terakhir ia meninggalkan pak Ujang di emplasemen stasiun. Keesokan harinya, pagi-pagi buta ia dibawa ke sebuah ruangan.
Ternyata disana sudah dipenuhi banyak orang. Ada tim KNKT, PPKA Bugil, staff PK/OC, beberapa pegawai KA, polisi, dan juga pak Ujang.
Nathan dipersilahkan duduk. Ukuran ruangan itu lebih luas daripada tempat dia biasa diintegorasi.
"Gimana pak?" tanya Nathan setengah berbisik ke pak Ujang yg duduk disebelahnya.
"Woles aja. Kalo benar ngapain takut?" sahut pak Ujang kalem.
Sementara itu empat orang tim KNKT tampak sibuk memeriksa berkas-berkas diatas meja sambil sesekali berdiskusi ringan. Nathan tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan karena suara ribut wartawan diluar sana yang memaksa masuk. Suasana bertambah riuh, ketika para pegawai KAI berebutan menggoda wanita cantik berbaju merah yang ternyata staff PK/OC.
"Mohon perhatian.." hardik salah satu penyidik kepolisian tiba-tiba, sambil mengetuk meja keras-keras.
Seketika suasana dalam ruangan pun hening.
"Kami akan mengumumkan hasil penyidikan" ujar pria itu kemudian. Lalu menyerahkan mikrofon ke pria bertubuh pendek disebelahnya, yang tampaknya pimpinan mereka.
"Kami sudah memastikan bahwa PPKA Wijen dan PPKA Bugil, termasuk PK dan juru langsir Wijen tidak bersalah dalam kasus ini" umum pria bertubuh pendek tersebut.
"HOREEE!!!"
Sontak keputusan itu disambut dengan sorak sorai. Masing-masing saling berpelukan satu sama lain seperti teletubbies.
"Penyelidikan kami menunjukan, tersangkanya adalah masinis KA tersebut. Tapi sayang sekali masinis dinyatakan hilang dlm insiden ini" lanjut pria itu lagi.
"Hi-hilang?" ulang PPKA Bugil heran.
"Hilang bagaimana?" desak salah seorang pegawai KAI dengan nada meninggi.
"Ya. Kami sudah memeriksa mulai dari tempat terakhir masinis terlihat, hingga ke Wijen. Tapi hasilnya nihil. Mayat masinis tidak ditemukan"
Sontak suasana menjadi riuh karena pernyataan pimpinan penyidik tersebut. Berbagai spekulasi langsung bermunculan. Mulai dari masinis bunuh diri, hingga diculik alien.
"Tapi mungkin pencarian seharusnya dipersempit pak" sela pak Ujang tiba-tiba.
"Maksudmu?" tanya pria pendek itu.
"Terdengar S35 sesaat sebelum KA memasuki sinyal masuk Wijen" sahut pak Ujang.
"Benar pak!" dukung Nathan bersemangat. Ia terobsesi main detektif-detektifan. Apalagi kalau pemikiranya bisa menghasilkan deduksi yang menyelesaikan kasus ini.
Pria itu beserta seluruh penyidik lainya terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya seorang opsir polisi angkat bicara,
"Tapi kami juga sudah periksa areal seputar sinyal masuk hingga TKP"
"Bahkan hingga dua kali" tambah rekanya menimpali.
--Priscila's POV--
Bandara Heathrow, London. Disinilah tempat Priscila berada sekarang. Ia dikirim sebagai perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti ajang Olimpiade Sains bersama belasan mahasiswa pilihan lainya.
Sebenarnya ia tidak menyangka bisa terpilih masuk kedalam tim inti untuk mewakili Indonesia di ajang ini. Terlebih lagi ia harus meninggalkan keluarga, sahabat, dan temanya di Indonesia. Termasuk Nathan, yang tidak diketahui dimana rimbanya pasca-PLH Wijen. Jujur, ia merasa sedikit khawatir mengenai hal itu.
Tapi bagaimanapun, ini adalah kesempatan berharga baginya untuk belajar di negara impianya, Inggris. Sebuah pengalaman baru, dan siapa tau, dia dan teman-temanya bisa meraih target juara yang dipasang Menteri Pendidikan.
"Bu saya permisi ke kamar kecil" izin Priscila kepada guru pembimbingnya.
"Ok. Tapi jangan lebih dari 5 menit" pesan Bu Eka.
Priscila langsung berlari menuju kamar kecil. Namun ketika akan kembali, ada kerumunan orang menghalangi jalanya.
"Apa lagi?" rutuk Priscila dalam hati. Ia sudah lebih dari 5 menit.
Priscila lalu menerobos keremunan tersebut dan, bukk..
Dia jatuh terpental karena menabrak seseorang.
“Ah” erang Priscila.
“Sorry, are you okay?” tanya seorang laki-laki yang berambut pirang.
Kemudian laki-laki tersebut mengulurkan tangannya untuk membantu Priscila berdiri. Priscila mencoba berjalan tetapi dia tidak bisa berjalan seperti biasa. Kakinya terkilir.
Tunggu dulu, sepertinya gue mengenal laki-laki ini dan empat orang temannya ini, gumam Priscila dalam hati.
"Astaga!" jerit Priscila begitu menyadari yang menabraknya adalah Niall Conan!
Dan empat orang yang berada di belakang Niall adalah Zayn, Diam, Louis dan Harry. Mimpi apa dia ini semalam, hingga bisa bertemu dengan idolanya secara langsung. Bahkan Niall memegang tangannya.
“I’ve got to go” ucap Priscila gugup.
Betapa tidak gugup, biasanya Priscila bertemu dengan idolanya di layar komputer sekarang bertemu mereka di dunia nyata.
“Wait” cegah Niall dengan aksen Irlandianya.
“I think you’re not okay” ujar Niall kemudian. Ia lalu membantu Priscila berjalan.
Zayn, Diam, Louis dan Harry hanya tersenyum melihat Niall, kemudian mengikuti Niall dari belakang.
“So, I’m Niall” ucap Niall
“Yeah, i know. You and the boys are my idols” sahut Priscila riang.
“Really?” tanya Niall.
Priscila mengangguk.
“So, where I should take you?” tanya Niall.
“There are my entourage” tunjuk Priscila.
“I said just 5 minutes” ucap bu Eka begitu melihat Priscila.
“I'm sorry” sesal Priscila.
"Ok. Gabung dengan yang lain" perintah bu Eka.
“We’ve got to go” pamit Priscila kepada Niall.
“Wait, may i ask your skype?” tanya Niall.
“Sure” ucap Priscila sambil merogoh pulpen didalam tasnya kemudian menuliskannya ditangan Niall.
"Ehem!" bu Eka berdehem keras.
Rombongan tim Olimpiade Sains merah putih pun bergerak meninggalkan bandara Heathrow menuju asrama yang sudah disediakan pihak KBRI.
--Nathan's POV--
Sementara itu, Nathan dan teman-temanya dipersilahkan pulang dari kantor KNKT.
Sebenarnya ia masih penasaran dengan hilangnya masinis KA 2022, tapi pihak KNKT enggan menanggapi lebih lanjut karena akan menggelar konferensi pers.
Lima menit kemudian, dengan dikawal polisi, mereka tiba di parkiran. Disana sudah menanti mobil minibus warna hitam yang disediakan tim KNKT untuk mengantar mereka pulang
Sebelum berangkat, tim Cyber Crime Kepolisian mendatangi mereka dan mengembalikan ponsel yang disita selama penyidikan. Nathan langsung mengambil ponselnya, kemudian mengaktifkanya.
Drrt.. drrt.. drrt..
Begitu diaktifkan, ponsel Nathan langsung bergetar tanda sms masuk. Ada 20 sms masuk. Ia mulai membaca satu persatu. Salah satunya dari Priscila. Gadis itu pamit pergi ke London..
"Berarti masinis hilang antara sinyal masuk hingga tempat kejadian terjadi" ucap pak Ujang membuka percakapan.
Nathan tidak merespon, ia sibuk dalam lamunanya. Membayangkan Priscila yg sedang di London sekarang. Meninggalkanya sendiri..
*bersambung*
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih