Nathan diantar Heri, KDT Sidopoto, untuk cek kesehatan di klinik. Usai cek kesehatan, dia pun kembali ke ruangan KDT untuk menyerahkan laporan kesehatanya.
"Bagus.. Hasilnya bagus" ucap Heri setelah membolak-balik laporan kesehatan Nathan.
"O.." respon Nathan tak bersemangat.
Sebenarnya dia berharap gagal tes kesehatan sehingga tidak berdinas malam nanti.
"Kamu panasin dulu loknya sana" suruh Heri sambil memberikan master key lok CC201-19 kepada Nathan
Nathan menerimanya, lalu beranjak keluar untuk mencari lok tersebut. Cukup sulit mencarinya, karena areal dipo yg sangat luas. Deretan lokomotif yang berjumlah puluhan menyesaki setiap jalur yang ada. Ia berkeliling dari ujung ke ujung. Membaca plat nomer lok satu persatu dengan seksama. Namun tidak ketemu. Barulah setelah dibantu kru dipo, dia menemukan lok tersebut sedang stabling manis di jalur pengisian HSD.
Nathan naik ke dalam kabin. Dan dengan susah payah ia berhasil start-up engine lok uzur tersebut.
Rrrr.. rrr..
Mesin diesel berdaya 1950 HP itu pun segera menyemburkan kebisingan 95 dB (A) yang memekakkan telinga. Nathan kemudian memeriksa indikator rpm mesin, tekanan angin, suhu kamar mesin, tekanan oli dan sebagainya. Setelah dirasa normal, ia turun untuk memeriksa kelengkapan rangka bawah lokomotif.
--Priscila's POV--
Rombongan tim merah putih akhirnya tiba di kota Norwich usai menempuh perjalanan melelahkan dari kota Manchester. Malam ini mereka akan menginap di hotel Coeg Hills.
Usai makan malam di lobi hotel. Tim merah putih segera menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
Keesokan harinya, pagi-pagi buta. Priscila dan kedua temanya, Lina dan Rany, sudah duduk termangu di depan layar laptop. Mereka berkutat dengan beragam software untuk mempersiapkan bahan presentasi nanti siang. Materi yang diujikan dalam perlombaan hari kedua untuk cabang Astronomi dan Astrofisika adalah mengenai Pembentukan Tata Surya. Dan dari hasil pengundian panitia, mereka kebagian jatah untuk menjabarkan teori Bintang Kembar.
--Nathan's POV--
Nathan duduk santai di kabin CC201-19 yang sempit dan pengap. Sambil membaca koran, ia menunggu giliran loknya keluar dipo.
Tok, tok, tok
Tiba-tiba terdengar pintu kabin diketuk seseorang.
"Masuk" seru Nathan tanpa bergeming sedikitpun dari koran yang dibacanya.
"Dikunci!" balas orang itu.
"Ya, tunggu" dengus Nathan kesal.
Ia melempar koranya lalu membuka pintu kabin. Dihadapan berdiri seorang bocah memakai kaos Waras Sepur. Lengkap dengan tas ransel besar dan kamera SLR yang menggantung di lehernya. Dari parasnya mungkin bocah itu masih SMP.
"Ada apa?" tanya Nathan bingung.
"Mas, boleh cabriding gak?" pinta bocah itu
"Cab, cab apa? Apaan itu?" tanya Nathan dengan kebingungan.
"Cabriding mas. Numpang di loko. Saya relpen (railfans -red)" sahut bocah itu
"Udah dapet ijin dari Kahumas belom?" tanya Nathan menyelidiki.
"Hehehe" bocah itu hanya nyengir kuda. Menunjukan deretan gigi kuningnya yang berlobang lima.
"Dua kosong satu sembilan belas maju!" koar walkie-talkie Nathan tiba-tiba
"Suruh maju noh mas" seru bocah itu.
Nathan tidak menjawab. Ia menghempaskan tubuhnya di kursi masinis dan langsung menaikan throttle bertahap. CC201-19 pun bergerak meninggalkan dipo Sidopoto.
Sesuai instruksi PPKA Sidopoto, Nathan lalu melangsir CC201-19 menuju jalur 3. Disana sedang stabling rangkaian kereta lokalan Merah Manis. Usai dirangkaikan oleh PLKA, dan uji coba rem statis selesai, seorang pria berseragam R6 masuk ke dalam kabin. Pria itu yang memberikan salinan dinasan masinis tadi pagi.
"Gue Hart" ujar pria itu memperkenalkan diri.
"Gue Nathan" sahut Nathan sambil menjabat tangan pria itu.
"Nama lu beneran Hart? Keren banget" tanya Nathan seraya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Iya Hart. Hart-tono" jawab pria itu terkekeh.
Nathan hanya tersenyum kecil.
"Itu siapa?" tunjuk Hartono kearah dek lokomotif. Nampak seorang bocah sedang asyik selfie.
"Railfans.." jawab Nathan enteng.
"Ngapain?" selidik Hartono.
"Mau cabriding"
Hartono kemudian memanggil bocah itu. Ia menanyai soal perizinan bocah tersebut untuk cabriding. Bocah yang ternyata bernama Faiz itu mengaku tidak punya surat izin apapun dari Kahumas.
--Priscila's POV--
Jam menunjukkan pukul 08.00. Tim cabang Astronomi dan Astrofisika yang beranggotakan Priscila, Lina, dan Reny akhirnya menyelesaikan persiapan presentasi mereka tepat waktu.
Tim merah putih kemudian meninggalkan hotel Coeg Hills untuk menuju alun-alun kota Norwich. Tempat perlombaan hari kedua diselenggarakan. Kali ini tim merah putih datang tepat waktu.
Jadwal perlombaan pagi ini adalah untuk cabang Fisika dan Geografi. Sedangkan untuk cabang Astronomi dan Astrofisika jadwalnya nanti siang. Bersamaan dengan cabang Arkeologi.
Priscila menunggu sambil membaca buku. Ya, sekalian memperdalam pengetahuanya mengenai materi yg diperlombakan nanti. Namun setelah sejam membaca, lama kelamaan dia mulai merasa bosan karena giliran timnya tampil tak kunjung tiba.
Priscila meraih ponselnya diatas meja. Lalu membuka FB untuk mengusir rasa bosan. Ternyata ada banyak sekali pemberitahuan. Teman-temanya di Indonesia beramai-ramai menulis kata-kata semangat di dindingnya. Termasuk dari sahabatnya Naya.
Priscila tersenyum gembira melihatnya. Mendadak ia seperti mendapat tambahan tenaga. Walau tidak ada pesan dinding dari Nathan, ia tetap senang. Ia tau Nathan memang jarang sekali membuka FB. Mungkin sebulan sekali baru dibukanya.
Setelah membalas pesan dinding dari temanya satu persatu, Priscila membuka profil FB Nathan. Dalam hatinya ia penasaran juga dgn kabar teman baiknya yg satu itu. Ia berharap menemukan status atau apapun itu dari Nathan. Namun dindingnya sangat sepi. Kiriman terakhir bahkan dua bulan yg lalu. Berupa foto selfienya bersama seorang railfans cewek didepan plang nama stasiun Wijen. Railfans cewek itu bernama Natasha, mantan pacarnya Nathan (lihat part 1 -red).
Priscila kembali ke beranda untuk sekedar melihat status teman-temanya. Tapi tidak ada yg menarik. Rata-rata hanya status galau karena remedial UTS. Ia merefresh beranda berulang kali. Hingga,
Aaakkk, seru Priscila dalam hati.
Ada sebuah status dari Nathan!
Nathan Anak Hilang
"Dines asmass lagi gue -_-"
2 mnt · BlekBerry · Teman
Suka · 4 Komentar · Bagikan
Ujangs Juragan BijiWijen
wkwk
Suka · 2 menit yang lalu
Lina Smr
Dines kemana Nat?
Suka · 2 menit yang lalu
Nathan Anak Hilang
Pak Ujang: -_-
Lina: lokalan Manis Merah
Suka · 1 · 1 menit yang lalu
Joko Maniaxxx
huahahaha
Suka · Baru saja
Priscila tersenyum melihatnya. Nathan dinas sebagai asisten masinis. Itu berarti dia baik-baik saja. Priscila kemudian menulis komentar.
Priscila NK
Semangat ya ;)
Suka · Baru saja
Baru saja komentarnya muncul di layar. Tak lama kemudian, ada pemberitahuan. Naya ternyata ikut mengomentari status Nathan juga.
Naya Fransisca
ciye, ciyee..
Suka · Baru saja
Priscila tersipu malu membacanya. Ia mengklik suka di komentar Naya. Lalu muncul lagi komentar. Kali ini dari pak Ujang dan Joko.
Ujangs Juragan BijiWijen
hahaha
Suka · Baru saja
Joko Maniaxxx
wak.. ceweknya dateng, haha
Suka · Baru saja
--Nathan's POV--
"KA 480 silahkan berangkat" usir PPKA Mambo lewat corong pengeras suara.
Hartono langsung membunyikan S35 panjang. Nathan ikut-ikutan membunyikan S35. Lalu KA 480 pun berangkat melanjutkan perjalanan.
Di petak jalan antara stasiun Puri dengan stasiun Tanjung Asem. Tiba-tiba Hartono meminta Nathan menggantikan posisinya karena dia mau buang hajat. Nathan pun mengiyakan, lalu segera ambil kemudi.
Hartono harus berjuang begitu keluar dari kabin lok. Ia merayap di dek lokomotif menuju gerbong pertama. Angin malam yg dingin tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap melangkah. Demi menuntaskan misinya di WC.
1 kilometer kemudian, Nathan mengurangi throttle secara bertahap begitu melihat dua papan putih yg berjajar dengan kokoh di depanya. Kedua papan itu memantulkan sorot lampu lok CC201-19 yang menyilaukan.
Tak jauh dari situ tampak sinyal masuk memendarkan cahaya merahnya. Nathan segera menarik tuas rem. Dari kejauhan ia dapat melihat plang nama stasiun dimana keretanya tertahan S7, stasiun Buluh. Tampak aktivitas bongkar muat dan langsiran di emplasemen stasiun.
Setelah sepuluh menit ditahan, KA 480 diberi sinyal masuk hijau. Nathan segera mendorong throttle secara bertahap. Membawa KA 480 memasuki jalur enam stasiun Buluh dengan gagahnya. Mengantarkan pulang para pekerja komuter yang kelelahan ke rumah masing-masing.
"480 pertahanan Buluh. Tunggu susul tiga KA" kumandang PK/OC lewat radio lok.
"Tercopy pek" sahut Nathan malas.
Nathan melongok keluar dari jendela kabin. Ia mengamati aktivitas bongkar-muat di stasiun Buluh. Stasiun ini memang terletak dekat pelabuhan. Sekitar 1,6 km sebelah utara. Nama pelabuhanya adalah pelabuhan Bandar Sri Anu.
Barang-barang yang masuk ke pelabuhan tersebut sebagian besar adalah sembako dan pakaian. Yang selanjutnya didistribusikan memakai truk kontainer dan kereta api.
Bosan mengamati, Nathan mengambil ponsel dari sakunya. Di lembaran LHM memang tertulis KA 480 akan disusul tiga KA sekaligus di stasiun Buluh. Dan yang lewat baru satu KA. Itu berarti ia masih punya banyak waktu untuk FB-an.
Ketika melihat komentar Priscila di statusnya, tiba-tiba muncul ide gila di kepala Nathan. Ia segera membalas komentar tersebut,
Nathan Anak Hilang
Priscila: iya sayangku ;)
Suka · Baru saja
"Hahaha" Nathan tertawa geli. Ia penasaran ingin melihat reaksi Priscila membaca komentarnya.
Tiba-tiba pintu kabin terbuka, Hartono datang.
"Lama banget lu!" maki Nathan begitu melihat Hartono.
"Banyaaaakk coy" balas Hartono dgn santai.
Nathan tertawa mendengarnya. 15 menit kemudian KA 480 diberangkatkan. Mereka kembali ke posisi semula.
RRrrr..
Hartono menaikkan tuas throttle hingga mentok. Mesin CC201-19 pun bergemuruh luar biasa. Indikator kecepatan menunjukan angka 85 km/h.
"Udah jangan dipaksa" seru Nathan yg sekarang kembali menjadi asisten masinis.
"Selow aja coy" sahut Hartono enteng.
"Hufth.." Nathan menghela nafas panjang.
Dengan kecepatan segini, Nathan benar-benar takut anjlok. Tapi ia mencoba tetap fokus menjalankan tugasnya sebagai stoker alias asisten masinis. Ia memberitahu setiap semboyan-semboyan yang terpasang di sepanjang sisi kiri rel kepada Hartono.
"Mau gak?" tawar Hartono sambil menyodorkan sebungkus rokok kearah Nathan.
Nathan menggeleng. Dari sejak kecil sampai tumbuh kumis begini, dia belum pernah merokok. Dia memegang teguh pesan ibunya.
10 menit kemudian KA 480 tiba di stasiun Utan Kayu dengan selamat. Terlambat tiga perempat jam dari jadwal. Tapi sudah tergolong cepat untuk ukuran kereta lokal di lintas padat seperti ini.
Selanjutnya, lokomotif dilangsir menuju belakang rangkaian. Sehingga lok yang tadinya ada di utara sekarang jadi di selatan. Lokomotif berada dalam posisi ujung panjang (longhood -red). Hasilnya, pandangan jadi sempit karena tertutup badan mesin.
Langsiran lok ke belakang rangkaian memang rutin dilakukan. Hal tersebut dikarenakan gradien jalan rel antara stasiun Utan Kayu hingga ke stasiun Air Batu cukup tinggi. Lokomotif harus mendorong dari belakang. Membawa 10 gerbong sarat penumpang dengan lokomotif didepan sama sekali bukan ide yang bagus. Sudah sering terjadi kecelakaan yang menelan banyak korban jiwa.
Usai dirangkaikan, Hartono pergi melapor ke kepala stasiun. Sebenarnya yang seharusnya melapor adalah Nathan sebagai asisten masinis. Tapi karena dasarnya pemalas. Nathan berpura-pura kram biar tidak disuruh.
Selagi menunggu, Nathan melongok keluar dari jendela kabin. Ia mengamati aktivitas warga sekitar. Suasana di stasiun Utan Kayu memang masih ramai walau sudah larut malam. Bahkan jika boleh diibaratkan, stasiun ini sudah seperti urat nadinya kabupaten Adipati. Seluruh sendi-sendi perekonomian bergantung pada stasiun ini untuk berputar.
Beberapa saat kemudian Hartono datang. Dia tampak membawa seorang perempuan. Nathan tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena hari sudah gelap.
"Siapa tuh?" tanya Nathan kepada Hartono.
"Biasa.. penumpang gelap" jawab Hartono.
Karena tangga naik ke lokomotif tinggi, Hartono membantu cewek itu untuk naik ke lokomotif, ia mendorong pantat cewek itu.
"Kampret, kampret" maki Nathan melihatnya.
"Hakhakhak" Hartono tertawa mesum.
Cewek itu lalu duduk bersama Hartono di bangku masinis. Nathan hanya bisa melihat kepalanya saja, karena dipisahkan panel kemudi yang cukup tinggi. Kira-kira satu meter tingginya.
"Nama kamu siapa? Kenapa gak beli karcis?" tanya Nathan ke cewek itu sok galak
"Ani mas. Saya gak punya uang" jawab cewek itu malu-malu.
Cewek bernama Ani itu selanjutnya bercerita kalau dia adalah mahasiswi di universitas Panca Indera. Dia mau pergi ke rumah orangtuanya di Sangrang, tapi tidak punya uang membeli karcis.
--Priscila's POV--
Priscila membaca komentar Nathan. Ia sangat terkejut. Baru kali ini Nathan memanggilnya dengan sebutan "sayang". Entah bercanda atau tidak, yang jelas komentar Nathan itu membuatnya jadi merasa sedikit kikuk.
Pikiranya jadi melayang-layang. Di kepalanya tiba-tiba muncul sosok Nathan, pemuda kurus yang selama ini hanya dianggapnya sebatas teman. Tapi ternyata menaruh rasa suka kepadanya. Ia sebenarnya masih tidak percaya dengan semua yang dikatakan Naya mengenai perasaan Nathan (lihat part 2 -red). Dia ingin mendengarnya sendiri. Secara langsung dari Nathan.
"Hai Pris, ayo!" sentak seseorang tiba-tiba. Membuyarkan lamunanya.
Sesosok gadis berambut sepunggung berdiri di hadapanya. Gadis itu adalah Lina, teman satu timnya untuk cabang Astronomi dan Astrofisika.
"Waktunya kita tampil" ajak Lina sembari tersenyum. Di tanganya penuh dengan buku-buku pelajaran.
Priscila segera bangkit berdiri. Ia merapikan buku-bukunya yang berserakan. Lalu mengikuti derap langkah kaki gadis itu menuju ruangan aula. Hatinya berdebar kencang karena gugup menghadapi presentasi.
--Nathan's POV--
Jam menunjukan pukul 21:20 di panel kemudi. KA 480 melaju dengan kencangnya menuju tujuan akhir, stasiun Merah. Stasiun kelas tiga terbesar di Daop XII.
"Hoenks.. hoenks.."
Berulangkali Hartono membunyikan S35 dan juga lonceng lokomotif secara bersamaan.
Di dalam gelapnya kabin lokomotif, Nathan curiga melihat gerak-gerik Hartono. Karena sayup-sayup ia mendengar suara desahan Ani, cewek penumpang gelap itu. Bahkan beberapa kali desahan itu terdengar dengan kencang. Tapi berbaur dengan S35 yang dibunyikan Hartono keras-keras.
Nathan jadi takut Hartono lalai karena "kegiatanya" itu. Sehingga mengakibatkan KA melanggar semboyan/marka dan berakhir dengan kecelakaan. Apalagi jalur ini dikenal rawan kecelakaan.
Tapi ia tidak bisa berbuat banyak, karena berulangkali peringatanya tidak digubris. Satu-satunya hal yg dapat dia lakukan adalah berdoa sambil terus berkomunikasi dengan KP di depan rangkaian sana. Untuk memastikan KA yang didorong lokomotif CC201-19 ini tidak melanggar sebiji pun semboyan/marka. Dan selamat sampai tujuan.
*bersambung*
No comments:
Post a Comment
Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih