Apel Busuk, Part 3



Dengan secepat kilat, Nathan berlari meninggalkan Priscila dan Naya. Ia meliuk melewati kerumunan penumpang. Tujuanya hanya satu. Lari sejauh mungkin dari Priscila.

--Priscila's POV--

"Lu gak ngejar dia Pris?" tanya Naya.

Priscila diam saja. Ia menatap rangkaian KA Banyubaru yang mulai bergerak meninggalkan stasiun Wijen dengan tatapan kosong.

--Nathan's POV--

Nathan berhasil melompat masuk kedalam rangkaian KA Banyubaru dengan susah payah. Walau hanya bisa di bordes karena okupansi KA Banyubaru yg selalu overloaded, tapi ia bersyukur bisa kabur. Toh, dia berencana akan turun di stasiun berikutnya dan kembali ke Wijen.

"Mau kemana kak?" tanya seorang cewek yg juga ngebordes bersama dia karena tidak kebagian tempat duduk.

"Ke Bakul" jawab Nathan singkat.

Bakul adalah stasiun perhentian berikutnya setelah Wijen.

"Oh, mau ngapain ke Bakul?" tanya cewek itu lagi.

"Mau ke perpustakaan" jawab Nathan asal.

"Loh, mau ngapain ke perpustakan?" tanya cewek itu semakin kepo.

"Menurut lu? Masa iya gue mau berak di perpustakaan" dengus Nathan kesal.


Kakek-kakek disebelah Nathan tertawa geli mendengarnya.

Tiba-tiba lewat abang-abang tukang tahu keliling.

"Garehu, garehu. Garehu panas" serunya menjajakan dagangan.

"Mas ini cuacanya panas gini malah jualan gituan" rutuk seorang laki-laki paruh baya. Abang-abang itu pun pergi.

Tak lama kemudian hujan turun, dan abang-abang itu muncul kembali. Kali ini dengan membawa dagangan es lilin.

"Es, es, es" jerit si abang-abang dengan lantang.

BAK, BUK, BUKK!

Seketika, abang-abang itupun langsung diamuk massa.

--Priscila's POV--

Priscila pulang kerumah dengan tangan hampa. Ia dan Naya sudah mencari Nathan di seluruh stasiun Wijen, bahkan sampai membuat panik pak Ujang, kepala stasiun Wijen, karena mengira Nathan hilang diculik alien. Sebenarnya kepanikan pak Ujang lebih karena ia harus merangkap sebagai juru langsir jika Nathan tidak ada. Terlebih PPKA Wijen, cuti selama dua hari karena habis sunatan.

--Nathan's POV--

Semenit kemudian KA Banyubaru tiba di stasiun Bakul, terlambat dua menit dari jadwal. Hal luar biasa di perkeretapian tanah air. Karena biasanya sebuah kereta tidak dinamakan kereta kalau telatnya dibawah 10 menit. Rasanya kurang afdol begitu.

Nathan segera melompat turun dan menyeberang ke peron seberang untuk berganti rangkaian. Ia memperkirakan KA Banyubaru akan bersilang atau disusul, karena masuk sepur belok.

Dan memang dugaanya benar, lima menit kemudian tampak KA Barang kurs angkutan kricak ditarik lokomotif D301-58 memasuki jalur tiga stasiun Bakul.

Nathan bergegas menuju lokomotif untuk menumpang kembali ke Wijen. Namun karena terlalu tergesa-gesa ia menabrak seorang cewek didepanya.

Brukk!

"Aww!" jerit cewek itu kesakitan.

"Eh, maaf mbak" ujar Nathan sambil menolong cewek itu.

Cewek itu hanya meringis kesakitan. Sikunya berdarah karena jatuh tadi.

Nathan pun membawanya ke klinik stasiun. Ia terpaksa merelakan kesempatanya pulang ke Wijen dengan KA kricak tersebut.

Dan sialnya lagi, cewek yang ternyata bernama Butet itu tidak berhenti nyerocos terus-terusan dengan logat Sunda yang kental. Nathan sendiri bingung kenapa namanya Butet, tapi orang Sunda.

Namun yang jelas ia sudah ketinggalan empat KA arah Wijen berkat kombinasi sempurna antara ocehan dan ketek bau si Butet itu. Beruntung, bang Emon, tukang sapu stasiun datang, sehingga ia bisa menyelinap keluar dan langsung kabur ke halte bis.

Nathan tau selain KA, satu-satunya moda transportasi dari Bakul ke Wijen adalah bis omprengan yang sama sekali gak manusiawi. Bahkan lebih laknat daripada KRL ekonomi Jakarta-Bogor. Tapi hanya itu satu-satunya cara kembali ke Wijen.

Setelah satu jam lebih menunggu, akhirnya bis yang ditunggu datang dengan muatan penuh. Nathan tidak perduli, dia memaksakan naik daripada menunggu bis berikutnya yang mungkin lebaran monyet baru datang.

Dengan kerja keras dan tekad yang kuat, akhirnya Nathan berhasil bertahan hingga bis yang ditumpanginya mendarat di terminal Wijen. Walaupun harus mengorbankan kakinya yang remuk karena diinjak ibu-ibu gendut yang begitu lihat papan "Selamat datang di terminal Wijen", langsung memaksa keluar karena sudah tidak kuat dengan kompetisi perebutan oksigen didalam bis.

--Priscila's POV--

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Priscila belum bisa tidur. Dia bolak-balik di spring bed mahalnya yang diimpor dari Palestina

Di kepalanya masih memikirkan kejadian yang dialaminya. Bagaimana ternyata teman baiknya, Nathan, menaruh rasa kepadanya

--Nathan's POV--

Nathan menyeret kakinya dengan terseok-seok menuju mess pegawai.
Dia berharap tidak bertemu dengan pak Ujang dan mendengar ceramahanya. Tidak setelah semua yang dialaminya hari ini.

Nathan mengendap-endap melewati kantor kepala stasiun, tiba-tiba terdengar suara jeritan pak Ujang,

AAAKK!

Nathan tersentak kaget. Ia segera masuk kedalam ruangan kantor kepala stasiun. Nampak pak Ujang berjingkat-jingkat meringis kesakitan sambil memegangi celananya.

"Kenapa pak?" tanya Nathan panik.

Pak Ujang tidak menjawab. Tapi dari caci-makinya, Nathan mengerti kalau burung pak Ujang kejepit resleting dan tidak bisa lepas.

"HUAHHAHAHAHA"

Tawa Nathan pecah sejadi-jadinya. Ia tertawa guling-guling sampai perutnya sakit karena geli melihat nasib pak Ujang.

"Kampret lu!" maki pak Ujang.

"Kok bisa pak?" tanya Nathan disela tawanya.

"Kagak pake sempakk gue" tukas pak Ujang.

"HUAHHAHAA"

Sekali lagi tawa Nathan pecah. Kali ini mulutnya terasa sakit karena ngakak terlalu lebar.

"Gara-gara dines mulu nih gue. Mandi kagak, cucian numpuk" keluh pak Ujang.

"Kan bisa side A-side B pak kolornya" celoteh Nathan cengengesan.

"Koplak lu" maki pak Ujang.

Telelet, telelet

Tiba-tiba pesawat toka berbunyi.

"Angkat gih" perintah pak Ujang.

Nathan yg masih cengangas-cengenges, segera beranjak mendekati meja layan dan mengangkat telepon.

"Halo" sapa Nathan.

"Halo Wijen, KA 2022 langsung Bugil 23.05 tangkap Wijen. Semboyan 21 lengkap" terdengar suara PPKA stasiun sebelah diujung telepon.

"Oke, oke" jawab Nathan.

Tilt. Sambungan pun terputus.

"Siapa?" tanya pak Ujang begitu Nathan menaruh gagang pesawat toka.

"PPKA Bugil pak. KA 2022 udah lepas stasiun Bugil" lapor Nathan.

Pak Ujang langsung beranjak menuju meja layan untuk memeriksa kedudukan wesel.

"Nat, ini W21a berkedip gitu" gumam pak Ujang.

Nathan segera mendekat. Nampak di layar meja layan, wesel 21a jalur dua berkedip.

"Janda kali pak weselnya, makanya demen main kedip-kedipan. Wuahahaha"

"Somprettt" maki pak Ujang.

"Sepertinya ada yang mengganjal lidah wesel. Kita BLB-in dulu" putus pak Ujang kemudian

Selanjutnya tangan pak Ujang sudah sibuk memencet tombol di meja layan. Memasang semboyan 7 di sinyal keluar jalur dua yang direncanakan akan dilalui KA 2022.

"Wah hujan pak" seru Nathan yang mengamati keadaan diluar dari balik jendela.

"Doa para jomblo itu. Sekarang kan malam minggu" canda pak Ujang.

Nathan baru ingat, kalo sekarang malam minggu. Pasti Priscila sedang asyik berduaan di bioskop dengan pacarnya, pikir Nathan menggalau.

--Priscila's POV--

Priscila masih belum bisa tidur. Padahal besok dia kuliah masuk pagi. Di pikiranya masih terbayang kata-kata Naya mengenai Nathan (lihat part 2 -red).

"Hufh.." Priscila menghela napas. Kepalanya jadi tambah pusing memikirkanya.

Alunan lembut lagu The Reason milik Hoobastank dan hujan deras yang membasahi bumi, menjadi pelengkap sempurna kegalauanya malam ini.

Ia melirik ke kanan. Tampak laptopnya masih terbuka. Ia mencoba bermain game Skyrim dengan harapan akan mengantuk lalu tidur. Tapi bukanya mengantuk, matanya malah tambah melek tidak keruan gara-gara game itu.

--Nathan's POV--

Pak Ujang menghubungi PK/OC untuk mengabari gangguan wesel di stasiunya. Ternyata lok KA 2022 juga mengalami gangguan radio.

DUAAARRRR..

Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar.

Dan detik itu juga stasiun Wijen langsung gelap gulita. Sambungan telpon terputus, meja layan padam, begitu juga sinyal elektrik. Nampaknya petir itu menyambar gardu listrik.

Pak Ujang langsung menuju gudang untuk menyalakan genset. Sementara Nathan segera meraih lentera merah di atas lemari.

Puoongs..

Tiba-tiba terdengar S35 khas CC206 dari kejauhan.

"KAMPRETT!" maki pak Ujang dan segera keluar dari gudang.

Ia langsung berlari ke ujung barat stasiun, disana sudah ada Nathan dengan semboyan 3-nya.

"PPKA Wijen BLB-kan KA 2022, diulangi PPKA Wijen BLB-kan KA 2022 di stasiunya"

Terdengar teriakan panik PK/OC dari walkie-talkie yang dibawa pak Ujang. Teriakan sama yang juga didengar Nathan dari walkie-talkienya.

Sementara di ujung sana, samar-samar terlihat S20 lokomotif CC206 dan deretan rangkaian KKBWnya. Rangkaian tersebut baru saja melewati sinyal muka Wijen yg padam. Tidak ada tanda-tanda KA itu akan mengerem atau sekedar mengurangi kecepatan. Malah nampaknya throttle ditambah, terdengar dari raungan mesin diesel GE 7FDL-8 yang tambah menggelegar memecah heningnya malam.

"Gimana ini?" tanya pak Ujang dengan nafas tersengal-sengal setelah tiba disamping Nathan.

Nathan mengangkat bahu lemah.

"Kelihatanya itu masinis mabok ekstrak kulit manggis" maki pak Ujang.

Nathan tidak menjawab. Ia tetap menggoyang-goyangkan lentera merah yang dibawanya diatas kepala. Berharap masinis melihat semboyan 3 yang diberikanya.

Pak Ujang kemudian berlari kearah KA tersebut sambil melambai-lambaikan tanganya sebagai bentuk lain dari semboyan 3. Semboyan yang paling sederhana.

Namun KA tersebut tetap melaju tanpa menurunkan kecepatan. Melihat usahanya sia-sia, pak Ujang refleks melompat dari jalur yang akan dilalui ular besi raksasa tersebut. Tepat sedetik sebelum lokomotif seberat 90 ton beserta rangkaianya itu menghantam tubuhnya.

Nathan bergidik ngeri melihatnya. Dia langsung berlari menolong pak Ujang.

Setelah itu KA 2022, memasuki stasiun Wijen dengan ganasnya. Roda-roda rangkaian menghantam hati wesel, menimbulkan percikan api dan suara decitan luar biasa.

Hebatnya KA itu tidak anjlok di wesel tersebut. Walau kedudukan weselnya belok ke percabangan dan kecepatan KA itu sekurang-kurangnya 70 km/jam.

Nathan berdecak kagum melihatnya.

"Luar binasa" seru pak Ujang takjub.

Usai menghantam wesel, KA itu merangsek masuk ke jalur dua stasiun Wijen. Setelah dengan sukses melanggar S7, sekarang KA itu menghadapi wesel 21a yg dalam gangguan!

"MATI KITA!" jerit pak Ujang

*bersambung*

Artikel Lainya:

No comments:

Post a Comment

Sampaikan komentar anda disini. No SARA & Rasis. Terimakasih